Dunia pelaut selalu identik menjadi milik kaum lelaki. Memang wajar,
mengingat kerasnya hidup di atas kapal laut selama berbulan-bulan,
ditambah tantangan alam seperti badai yang bisa menyergap tiba-tiba.
Siapa sangka, sesungguhnya ada wanita-wanita hebat yang tercatat sebagai
pelaut ulung. Bahkan seorang Laksmana perempuan dari tanah rencong
termasuk diantaranya.
Simak daftarnya berikut ini:
1. Grace O’ Malley (1530 - 1603)
1. Grace O’ Malley (1530 - 1603)
Dianggap salah satu pelaut wanita terbaik di dunia, wanita kelahiran
Irlandia ini menjadi pelaut secara keturunan setelah kematian ayahnya.
Tapi ketika dia melakukan itu, dia tidak hanya melaut untuk melakukan
apa yang ia cintai, tetapi juga untuk membuktikan kepada dunia bahwa dia
hanya ingin membuktikan bahwa dia lah yang terbaik dari semua
rekan-rekan lelakinya yang juga pelaut.
Sejarah dunia mencatat Grace sebagai perempuan "bajak laut" terhebat dunia. Tidak ada yang menyangkal kenyataan bahwa keterampilan berlayarnya lebih baik daripada kebanyakan pria pelaut pada waktu itu, maka hal itu membuatnya seperti bajak laut yang ulung. Bajak laut atau tidak, Grace O' Malley terus menjadi salah satu pelaut wanita terbaik di dunia.
2. Skipper Thuridur
Sejarah dunia mencatat Grace sebagai perempuan "bajak laut" terhebat dunia. Tidak ada yang menyangkal kenyataan bahwa keterampilan berlayarnya lebih baik daripada kebanyakan pria pelaut pada waktu itu, maka hal itu membuatnya seperti bajak laut yang ulung. Bajak laut atau tidak, Grace O' Malley terus menjadi salah satu pelaut wanita terbaik di dunia.
2. Skipper Thuridur
Thuridur Einarsdottir lahir tahun 1777, terkenal sebagai kapten nelayan
wanita dari Islandia. Di usia 11 tahun, ia mulai ikut berlayar dengan
ayahnya. Sejak itulah karirnya sebagai pelaut dimulai.Keahliannya
menjinakkan laut dalam cuaca yang sangat ekstrim semakin membuat
namanya populer, julukan "Skipper" sebagai penanda Thuridur adalah
seorang kapten (Skipper = kapten/juragan, eng.) Karirnya terus berlanjut
hingga pensiun di usia 63. Keunikan Thuridur lainnya, ia juga mempunyai
anak buah kapal yang juga kaum perempuan. Begitu hebatnya
Thuridur, namanya tetap dikenang sampai sekarang. Replika kabin kapalnya
bahkan dibuat di tempat kelahirannya, Stokkeseyri untuk mengenang
kehebatannya.
3. Krystyna Chojnowska- Liskiewicz
3. Krystyna Chojnowska- Liskiewicz
Pada tanggal 21 April 1978, terjadi catatan sejarah yang tidak pernah
dilupakan di dunia. Krystyna Chojnowska-Liskiewicz, lahir 15 Juli 1936
di Polandia adalah wanita pertama yang berlayar sendirian (solo) di
seluruh dunia. Dia berlayar dari Kepulauan Canary pada tanggal 28
Februari 1976, dan kembali pada tanggal 21 April 1978, menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia dengan jarak 31.166 mil laut (57.719 km)
dalam 401 hari
4. Naomi James
4. Naomi James
Naomi James lahir di Selandia Baru di sebuah peternakan domba yang
terkurung daratan dan tidak belajar bagaimana caranya untuk berenang
sampai usia 23 tahun, namun dia berhasil memecahkan rekor dunia dengan
berlayar sendirian (solo) mengelilingi dunia selama 272 hari. Dia
belajar berlayar dari suaminya sendiri, Rob James yang menikahinya
setelah dia kembali dari perjalanan berkeliling dunia itu.
5. Kay Cottee Pamela
5. Kay Cottee Pamela
Kabarnya, Kay disebut sebagai pelaut wanita terbaik jaman sekarang. Pelaut wanita asal Australia ini membuat dunia duduk melihat kehadirannya dari perjalanan keliling dunia dengan berlayar sendirian (solo) dalam waktu 189 hari. Pelayaran dalam waktu 189 hari itu membuat namanya menjadi pelaut wanita teratas yang berhasil mengelilingi dunia dengan berlayar sendirian
6. Laura Dekker
Di abad 21, mungkin Laura Dekker bisa dibilang sebagai pelaut wanita
termuda yang berlayar mengelilingi dunia seorang diri. Bayangkan, saat
itu usianya baru 16 tahun.
Sebagai seorang remaja putri dari Belanda, Laura tiba di kepulauan Karibia, Saint Maarten, Sabtu 21 Januari 2012 satu tahun dan satu hari, setelah ia memulai pelayaran dengan kapal berukuran 11x5 meter, yang ia beri nama Guppy.
Remaja Belanda ini merayakan ulang tahunnya selama perjalanan. Perjalanan keliling dunia ini sempat ditentang oleh departemen pendidikan Belanda. Alhasil, Guinness World Records menolak untuk mengakui pelayaran itu karena tidak ingin memancing anak-anak muda lain mengambil risiko.
Yang menarik, Laura Dekker sendiri lahir di kapal dan pada usia enam tahun ia telah berlayar melintas danau seorang diri. Pada usia 13 tahun, ia berlayar dari Belanda ke Inggris. Ia kemudian memutuskan untuk mencari tantangan lain dengan berlayar keliling dunia, seorang diri.
Orang tua Laura pada mulanya menolak namun akhirnya sepakat untuk mendukung permintaannya. Pemerintah Belanda sempat mengajukan kasus ini ke pengadilan yang memutuskan untuk mencegah rencana Laura ini karena ia terlalu muda untuk berlayar di lautan seorang diri.
Setelah berjuang lama melalui proses hukum, Laura akhirnya memenangkan
hak untuk berlayar dengan persyaratan ia harus menjalani latihan
pertolongan pertama dan setuju untuk mengikuti pelajaran dari jauh.
7. Laksamana Malahayati
7. Laksamana Malahayati
Laksamana Keumala Hayati atau Malahayati adalah wanita pejuang Aceh
yang terkenal dalam kemiliteran pada masa Kerajaan Aceh Darussalam di
bawah pimpinan pemerintahan Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil
Mukammil (1589–1604 M). Malahayati diberikan kepercayaan oleh sultan
sebagai kepala pengawal dan protokol di dalam dan di luar istana. Saat
masih kanak-kanak ibunya telah meninggal dunia, dan selanjutnya diasuh
oleh ayahnya yang bernama Laksamana Mahmudsyah (Tim, 1998:19).
Malahayati kecil sering diajak ayahnya pergi dengan kapal perang.
Pengenalannya dengan kehidupan laut itu kelak membentuk sifatnya yang
gagah berani dalam mengarungi laut luas.
Selain berkedudukan sebagai Kepala Pengawal Istana, Malahayati juga seorang ahli politik yang mengatur diplomasi penting kerajaan. Dalam suatu peristiwa pada 21 Juni 1599, kerajaan kedatangan dua kapal Belanda, Deleeuw dan Deleeuwin di bawah pimpinan dua kapten kapal bersaudara, yaitu Cornelis dan Frederik de Houtman (Tim P3SKA, 1998:19). Maksud kedatangan mereka adalah melakukan perjanjian dagang dan memberikan bantuan dengan meminjamkan dua kapal tersebut guna membawa pasukan Aceh untuk menaklukan Johor pada 11 September 1599.
Peminjaman kapal tersebut ternyata merupakan bentuk tipu muslihat Belanda, karena ketika para prajurit kerajaan menaiki kapal, kedua kapten kapal tersebut melarangnya, sehingga terjadilah bentrokan yang tak terhindarkan. Dalam peristiwa itu banyak dari pihak Belanda tewas, kedua kaptennya ditangkap oleh pasukan Aceh yang dipimpin oleh Malahayati. Oleh karena kecakapannya itulah kemudian sultan mengangkatnya menjadi Laksamana.
Pada zaman Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil yang memerintah tahun 997–1011 H (1589–1604), dibentuk satu armada yang sebagian prajurit-prajuritnya terdiri atas para janda yang ditinggalkan suaminya karena gugur dalam perang, yang disebut Armada Inong Balee. Pembentukan armada ini atas izin sultan dan inisiatif Laksamana Malahayati. Armada ini dipimpin oleh Laksamana Malahayati, yang juga merupakan seorang janda yang ditinggal mati suaminya dalam suatu pertempuran laut. Markas pasukan ini berada di Lam Kuta, Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar (Tim P3SKA, 1998:14). Salah satu jejak perjuangan yang masih tersisa hingga kini adalah kompleks makam Malahayati yang berada di puncak bukit dan satu benteng yang disebut Benteng Inong Balee di tepi pantai Selat Malaka, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussala.
Selain berkedudukan sebagai Kepala Pengawal Istana, Malahayati juga seorang ahli politik yang mengatur diplomasi penting kerajaan. Dalam suatu peristiwa pada 21 Juni 1599, kerajaan kedatangan dua kapal Belanda, Deleeuw dan Deleeuwin di bawah pimpinan dua kapten kapal bersaudara, yaitu Cornelis dan Frederik de Houtman (Tim P3SKA, 1998:19). Maksud kedatangan mereka adalah melakukan perjanjian dagang dan memberikan bantuan dengan meminjamkan dua kapal tersebut guna membawa pasukan Aceh untuk menaklukan Johor pada 11 September 1599.
Peminjaman kapal tersebut ternyata merupakan bentuk tipu muslihat Belanda, karena ketika para prajurit kerajaan menaiki kapal, kedua kapten kapal tersebut melarangnya, sehingga terjadilah bentrokan yang tak terhindarkan. Dalam peristiwa itu banyak dari pihak Belanda tewas, kedua kaptennya ditangkap oleh pasukan Aceh yang dipimpin oleh Malahayati. Oleh karena kecakapannya itulah kemudian sultan mengangkatnya menjadi Laksamana.
Pada zaman Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil yang memerintah tahun 997–1011 H (1589–1604), dibentuk satu armada yang sebagian prajurit-prajuritnya terdiri atas para janda yang ditinggalkan suaminya karena gugur dalam perang, yang disebut Armada Inong Balee. Pembentukan armada ini atas izin sultan dan inisiatif Laksamana Malahayati. Armada ini dipimpin oleh Laksamana Malahayati, yang juga merupakan seorang janda yang ditinggal mati suaminya dalam suatu pertempuran laut. Markas pasukan ini berada di Lam Kuta, Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar (Tim P3SKA, 1998:14). Salah satu jejak perjuangan yang masih tersisa hingga kini adalah kompleks makam Malahayati yang berada di puncak bukit dan satu benteng yang disebut Benteng Inong Balee di tepi pantai Selat Malaka, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussala.
Sumber : http://www.maritimeworld.web.id/2013/05/Pelaut-Wanita-Terhebat-Sepanjang-Masa.html#ixzz2blJQ8Bcu